Profil Desa Petahunan

Ketahui informasi secara rinci Desa Petahunan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Petahunan

Tentang Kami

Profil Desa Petahunan, Pekuncen, Banyumas. Menjelajahi potensi ekowisata yang dikelola masyarakat melalui LMDH, pesona Bukit Wanasuta, kebangkitan kopi lokal, dan model pembangunan desa berbasis konservasi hutan.

  • Pusat Ekowisata Berbasis Komunitas

    Pembangunan pariwisata digerakkan sepenuhnya oleh masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), dengan Bukit Wanasuta sebagai ikon utamanya.

  • Kebangkitan Kopi Lokal

    Menjadi pionir dalam pengembangan budidaya dan branding "Kopi Petahunan" sebagai produk unggulan yang bersinergi langsung dengan sektor pariwisata.

  • Konservasi Hutan sebagai Landasan

    Setiap langkah pembangunan desa bersandar kuat pada prinsip pelestarian hutan dan sumber daya alam, menjadikannya model desa ekowisata yang berkelanjutan.

Pasang Disini

Di tengah lanskap perbukitan Kecamatan Pekuncen yang subur, Desa Petahunan muncul sebagai sebuah contoh inspiratif tentang bagaimana sebuah komunitas dapat berdaya melalui pelestarian alam. Desa ini tidak menjual kemewahan, melainkan menawarkan pengalaman otentik: menikmati panorama alam dari puncak bukit, berkemah di bawah taburan bintang dan menyesap kopi lokal yang ditanam, dipanen, serta diolah oleh tangan-tangan warganya sendiri.

Petahunan merupakan bukti nyata bahwa pariwisata dan konservasi dapat berjalan beriringan. Digerakkan oleh semangat kolektif melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), desa ini berhasil mengubah potensi alamnya, terutama Bukit Wanasuta, menjadi sumber kesejahteraan baru. Inilah kisah tentang Desa Petahunan, sebuah desa yang merajut asa dari keindahan alam dan aroma kopi yang membanggakan.

Geografi dan Demografi: Anugerah di Lereng Hutan

Desa Petahunan secara geografis dianugerahi lanskap yang didominasi perbukitan dan kawasan hutan. Berada di ketinggian, desa ini memiliki udara yang sejuk dan pemandangan alam yang memukau. Wilayahnya berbatasan dengan Desa Karangklesem di sebelah barat, Desa Cibangkong di sebelah selatan, dan kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perhutani.

Berdasarkan data "Kecamatan Pekuncen dalam Angka 2024", Desa Petahunan memiliki luas wilayah 6,55 kilometer persegi (6,55 km2). Sebagian besar dari lahan ini merupakan kawasan hutan dan perkebunan, yang menjadi aset utama desa. Populasi penduduknya tercatat sebanyak 5.230 jiwa pada akhir tahun 2023. Dengan luas tersebut, tingkat kepadatan penduduknya relatif rendah, yaitu sekitar 798 jiwa per kilometer persegi, yang mencerminkan banyaknya ruang hijau dan kawasan non-permukiman.

Kondisi geografis inilah yang menjadi fondasi bagi pengembangan Petahunan sebagai desa ekowisata, di mana alam tidak hanya dipandang sebagai latar belakang, tetapi sebagai subjek utama pembangunan.

Bukit Wanasuta: Ikon Kebanggaan dan Gerbang Kesejahteraan

Puncak dari segala potensi wisata di Petahunan terwujud dalam Bukit Wanasuta. Nama ini dengan cepat menjadi buah bibir di kalangan wisatawan lokal dan pencinta alam. Wanasuta bukanlah sekadar bukit, melainkan sebuah area wisata terpadu yang dikelola secara profesional oleh masyarakat.

Dari puncaknya, pengunjung dapat menikmati panorama 360 derajat yang menakjubkan, memandang hamparan perbukitan hijau, lembah-lembah Pekuncen, hingga gemerlap lampu kota di kejauhan pada malam hari. Beberapa daya tarik utama Bukit Wanasuta antara lain:

  • Area Perkemahan (Camping Ground)
    Menjadi salah satu lokasi favorit untuk berkemah di Banyumas, menawarkan pengalaman bermalam di alam terbuka yang aman dan terkelola.
  • Gardu Pandang dan Spot Foto
    Berbagai anjungan dan spot foto Instagramable dibangun untuk memanjakan para pengunjung yang ingin mengabadikan momen.
  • Wisata Edukasi Hutan
    Pengunjung dapat belajar tentang beragam jenis pohon dan pentingnya konservasi hutan dari para pemandu lokal.

Keberhasilan Bukit Wanasuta merupakan buah kerja keras Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Lestari dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat. Mereka ialah motor penggerak yang merintis, membangun, dan kini mengelola destinasi ini.

"Wanasuta ini dibangun dari nol oleh kami, masyarakat desa. Tujuannya agar hutan tetap lestari, tapi masyarakat juga bisa dapat manfaat ekonominya. Semua pendapatan kami kelola secara transparan untuk kesejahteraan bersama dan untuk reboisasi kembali," ungkap salah seorang pengurus LMDH Wana Lestari pada pertengahan Juni 2025.

Selain Wanasuta, desa ini juga memiliki Curug Gedad, sebuah air terjun alami yang menawarkan suasana lebih tenang dan perawan, menjadi alternatif bagi wisatawan yang mencari petualangan.

Aroma Baru Perekonomian: Kebangkitan Kopi Petahunan

Inovasi Desa Petahunan tidak berhenti di sektor pariwisata. Sadar akan potensi lahan di ketinggian yang cocok untuk tanaman kopi, masyarakat mulai mengembangkan budidaya kopi secara serius. Inisiatif ini melahirkan sebuah jenama kebanggaan baru: Kopi Petahunan.

Jenis kopi yang dikembangkan mayoritas ialah robusta, yang dikenal memiliki cita rasa kuat dan cocok dengan selera pasar lokal. Para petani, yang juga banyak terlibat dalam pengelolaan wisata, mulai menanam, memanen, dan belajar teknik pengolahan pascapanen untuk menghasilkan biji kopi berkualitas.

Kopi Petahunan tidak hanya dijual dalam bentuk biji atau bubuk, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman wisata. Warung-warung di area Bukit Wanasuta kini menyajikan kopi hasil panen desa sendiri. Menikmati secangkir Kopi Petahunan yang hangat sambil memandang matahari terbit dari puncak bukit telah menjadi daya tarik tersendiri.

"Dulu kami hanya jual biji mentah ke tengkulak. Sekarang kami olah sendiri, kami roasting sendiri, dan kami jual dengan merek desa kami. Rasanya lebih bangga, dan harganya tentu lebih baik," kata seorang petani kopi setempat.

Motor Penggerak Komunitas: Peran Sentral LMDH dan Pemerintah Desa

Kunci keberhasilan Petahunan terletak pada kekuatan kelembagaan masyarakatnya. LMDH Wana Lestari menjadi contoh ideal bagaimana masyarakat dapat secara mandiri dan legal mengelola sumber daya hutan untuk tujuan konservasi dan ekonomi. Mereka bekerja sama dengan Perhutani melalui skema Perhutanan Sosial.

Pemerintah Desa Petahunan, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Sarinah, berperan sebagai fasilitator dan pendukung utama. Pemerintah desa membantu dalam hal perizinan, promosi, serta mengalokasikan anggaran melalui Dana Desa untuk pembangunan infrastruktur penunjang, seperti perbaikan akses jalan menuju lokasi wisata. Sinergi antara inisiatif masyarakat yang kuat dan dukungan pemerintah yang suportif menciptakan ekosistem pembangunan yang sehat dan berkelanjutan.

Tantangan Pelestarian di Jalur Wisata

Meskipun menuai banyak keberhasilan, Desa Petahunan tetap menghadapi tantangan. Popularitas Bukit Wanasuta yang terus meningkat membawa risiko tekanan terhadap lingkungan, terutama masalah sampah yang ditinggalkan pengunjung. Pengelolaan sampah yang efektif dan edukasi berkelanjutan kepada wisatawan menjadi pekerjaan rumah yang tidak pernah selesai.

Tantangan lainnya ialah memastikan distribusi manfaat ekonomi yang merata kepada seluruh masyarakat, tidak hanya bagi mereka yang terlibat langsung dalam pengelolaan wisata. Selain itu, menjaga keaslian dan kealamian destinasi di tengah tuntutan untuk terus menambah fasilitas buatan juga menjadi dilema yang perlu dikelola dengan bijak.

Ke depan, Desa Petahunan berpeluang besar untuk menjadi pusat pelatihan dan studi banding bagi desa-desa lain yang ingin mengembangkan model ekowisata berbasis komunitas. Dengan terus berpegang pada prinsip "hutan lestari, masyarakat sejahtera", Petahunan tidak hanya menjual keindahan alam, tetapi juga menjual sebuah harapan dan inspirasi.